Aku Membenci Ibuku


IBU 


Kami kuat berkat Ibu Kami
Seiiring perjalan waktu, ku sadari aku membencinya. Aku begitu muak dengan kehidupanku. Kehidupan yang tak jua berubah hingga Aku membesar kemudian. Aku adalah anak kesembilan dari sepuluh bersaudara, mempunyai kakak perempuan yang menggantikan peran ibu entah untuk alasan apa. Ibu yang tak perduli betapa anaknya sangat membutuhkan kasih sayangnya, betapa anaknya begitu butuh diperhatikan. Harta kami tak punya, kasih sayang pun nyaris nihil. Aku benci ibuku...

Ketika aku akan menjadi seorang ayah aku masih membenci ibuku, rasa benci yang selalu ada untuk Ibuku. Aku begitu membencinya karena dia tak pernah bisa merasakan kebahagiaanku, bahkan ketika aku sudah menjadi seorang Ayah tak pernah ada kata apapun darinya walau hanya sebuah senyuman. Aku masih membenci Ibuku ....

Aku benci Ibuku, ketika memberikanku makan hanya nasi dan garam beserta cabai saja , adikku tersenyum bahagia karena ada Ibu disampingnya, sementara aku melihat pinggan nasiku bak bendera disekolahku putih dan merah. Hanya itu sahaja yang diberikannya untukku. Pokoknya aku membencinya dan tak ada seorangpun yang tahu rasa gundahku kepada ibuku, bu aku membencimu.

Ya aku membencinya melebihi apapun di dunia ini. Aku sangat membenci ibu kandungku yang tak memberikan kenangan apapun kepadaku sebagai anak laki-lakinya. Hingga suatu ketika
Aku dan istriku berada dalam sebuah ruangan . Hanya berdua.

Istriku berbaring diatas ranjang sebuah ruang tindakan di Rumah Sakit, berusaha tersenyum namun guratan khawatir tampak di wajahnya. Sebuah harap kehadiran sosok Ibu, Ibu mertua tak bisa hadir dikarenakan jadwal persalinan istri maju satu bulan, bukan salah ibu mertuaku. Sekali lagi aku menginginkan Ibu hadir disini menemani kecemasanku untuk menanti kehadiran anak pertamaku, tapi entah kenapa aku tak menemukan rasa benci yang biasa aku tujukan untuk Ibu. Tak terasa air mataku mengalir dengan sembunyi  dari penglihatan istriku. Air mata yang tertahan bertahun tahun memendam kebencian pada ibuku.

Ibu yang dulu kubenci saat itu seolah olah berada dekat denganku, Kupandangi wajahnya yang mulai tersenyum. Sungguh baru kusadari itulah senyuman terindah sedunia kala itu. Sontak Aku yang kala itu tegang menghadapi proses kelahiran anakku yang pertama menjadi sedikit tenang. Aku mencari senyuman ibu disudut ruangan dan akhirnya tidak kutemukan sampai istriku memanggilku mendekat ke sisinya.

Kupegangi erat tangan istriku, ku ikuti seluruh instruksi bidan yang mendampingi kami saat itu. Tepat pukul 02.30 dini hari anak laki lakiku terlahir dengan proses kelahiran normal.

Secepat inikah aku menjadi ayah, semudah inikah proses kelahiran setiap anak dari rahim ibunya? Sungguh aku sedikit kaget. Akhirnya istriku menjadi seorang ibu dari anakku. Lalu kenapa Aku tetap menangis membatin dalam hati tanpa sepengetahuan istriku?

Aku menangis karena tersadar, seorang ibu terbuat dari air. Dia bisa mengeluarkan air matanya tanpa henti dan tak pernah diketahui oleh siapapun. Sedangkan Aku yang laki laki saja sanggup menyembunyikannya . Bagaimana dengan ibuku?

Aku menangis karena tersadar bahwa ibu itu terbuat dari lem.Yang siap menggendong buah hatinya tanpa lepas dengan penuh kasih saying. Itu yang kuperhatikan ketika Istriku menggandeng anak laki  lakiku.

Aku menangis, karena menyadari ibu adalah terbuat dari sutra, dia lembut meski proses  pemilahan menjadi sutra terbaik sungguh begitu rumit.

Aku menangis karena menyadari seorang ibu terbuat dari karet, dia akan mengulur menarik kemauan kita tanpa pernah terputus.

Ibu mengandung dan mengandung tidak hanya membesarkan
Aku menangis dan baru tersadar aku kuat karenanya. Aku kuat saat ini karena pola didiknya.Aku kuat karena selalu menjadi orang yang  terus berusaha tanpa dia disampingku.Aku kuat karena jiwanya yang terus mendoakanku tanpa kuketahui apa doa terbaiknya untukku. Aku kuat karena bisa menjaga istriku tanpa harus mengandalkan orang lain. Aku kuat karena ibuku menjadikan Aku seperti saat ini. Hingga hari ini ketika aku telah menjadi ayah untuk dua anak lelakiku.

Kini dirumahku ada seorang Ibu yang dengan sepenuh hatinya berusaha maksimal untuk layak menjadi Ibu, paling tidak sampai hari ini aku bisa merasakan kasih sayang Ibu dari anak-anakku, bagaimana mereka dimandikan ibu mereka, anak-anakku disuapi makanan beraneka warna, anak-anakku diajak bermain ibunya dan aku paham itu terjadi karena ada. Dan aku telah membenci Ibuku untuk kesekiankalinya hanya karena keadaannya tidak lebih baik dari Ibu anak-anakku. Ibu andai kau ada disini, aku akan berlari kepangkuanmu hanya sekedar mengucapkan "maafkan aku Ibu untuk semua benci tanpa sebab".Semua Ibu adalah Ibu Yang Menginspirasi.

Selamat Hari Ibu. 
Doaku menyertaimu tanpa putus yang akan menjadi amalan ibadahmu sepanjang masa.
Aku Membenci Ibuku Aku Membenci Ibuku Reviewed by Papi on December 22, 2015 Rating: 5

5 comments:

  1. aamiin..
    terimakasih sudah mampir

    ReplyDelete
  2. so touchy... keren kang Yusep!

    ReplyDelete
  3. Bagaimanapun ibu adalah yang selalu mendoakan kebaikan untuk anaknya :)

    ReplyDelete

Powered by Blogger.