Ada hal unik saat memiliki anak pertama dan harus gantian menjaganya bersama istri. Suatu saat dimintanyalah saya oleh nyonya untuk meninabobokan sang buah hati. Dilalahnya saya yang tidak suka menyanyi dan tidak hapal lagu lagu anak anak atau lagu kekinian menjadi bingung ketika diminta bersenandung. Alhamdulillah seketika teringat saat di mana masa waktu Sekolah Dasar yang ada materi pelajaran keseniannya. Saat itulah dengan keringat dingin saya maju dan selalu disuruh menghapal lagu wajib nasional dan menyanyikannya di depan kelas. Ajaib semua teks itu sekelebat langsung muncul dalam fikiran dan langsung dikidungkan di hadapan anak saya. Melihat si Papi menyanyi lagu Garuda Pancasila, emak si bocah langsung ngambek, "disuruh nidurin anak, malah nyanyi lagu penyemangat, jadi wee Kanda malah melotot gak tidur2" Ambek si mami Uli.
Entah kenapa saya lebih hapal lagu lagu masa sekolah dahulu dibandingkan lagu anak anak sekarang. Mungkin karena saat itu kita benar- benar merasakan jaman di mana Pancasila benar-benar kita ketahui sebagai Ideologi negara kita . Jadi ingat ketika ada pelajaran sejarah mengenai Badan Penyeldik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dalam rapat tersebut ada pertanyaan mengenai apa dasar negara Indonesia Merdeka nantinya?
“Negara Indonesia Merdeka yang akan kita bangun itu, apa dasarnya?Tanya dr.Radjiman sang ketua BPUPKI. Saat itu pada umumnya para anggota enggan menjawab pertanyaan tersebut, dan lebih memilih langsung membicarakan soal Undang-Undang Dasar. Namun, seorang dari anggota badan tersebut menjawabnya, yakni Bung Karno, dalam bentuk pidato pada tanggal 1 Juni 1945, dengan judul Pancasila, atau lima sila.
Nah 72 tahun kemudian, yaitu saat di mana sejarah sudah bagian yang tak penting lagi, saat di mana kebebasan berekspresi yang diatur undang undang menjadi tak terkontrol, Pancasila hanya menjadi slogan .Tak ada getar ketika disebut. Mungkin akan bergetar ketika dinyanyikan oleh puluhan ribu penonton sepak bola saat Timnas Indonesia bertanding. Hal ini pernah saya alami ketika menonton Sea Games 2011 di Senayan saat Timnas kita bertanding.
Selasa, kurang lebih 100 orang Netizen, Blogger berkumpul di ruang Nusantara V di mana ruangan ini adalah tempat menyambut delegasi dari luar negeri. Kali ini tema yang dibahas adalah Pancasila Kita, Ini Baru Indonesia , Empat Pilar Kebangsaan . Zulkifli Hasan sebagai Ketua MPR dan Ma'ruf Cahyono Sekjend MPR terlibat diskusi serius mengenai keberadaan Pancasila saat ini." Pancasila itu Gotong Royong, Pancasila itu Cinta Kasih, Pancasila itu Kasih Sayang'' Ucap sang Ketua MPR.
kembali ke sejarah kita, apa yang diungkapkan oleh Soekarno sang Funding Father kita bahwa
Bung Karno menyampaikan lima dasar (sila) yang diusulkannya
yaitu: pertama, nasionalisme atau kebangsaan, tapi bukan nasional-isme sempit atau
chauvini sme seperti saat
ini yang terjadi di negara kita.
Nasionalisme Indonesia
adalah nasionalisme yang berperikemanusiaan yang memandang seluruh bangsa mempunyai
kesamaan harkat dan martabat. Untuk itu, kebangsaan haruslah disertai dengan
sila kedua yakni internasionalisme atau perikemanusiaan. Bertolak dari kesamaan
derajat dan martabat kemanusiaan, maka setiap warga masyarakat harus bebas dari
penjajahan dan feodalisme. Dengan
demikian, kedaulatan harus berada di tangan rakyat bangsa sendiri
dalam hal ini kita terwakili oleh parlemen bernama Majelis Permusyawaratan
rakyat, sehingga sila
ketiga ialah mufakat atau demokrasi.
Tujuan dari negara ialah mengantarkan bangsa Indonesia menuju
masyarakat sejahtera yang berkeadilan.
Maka jadilah kesejahteraan sosial sebagai dasar keempat. Semua dasar negara tersebut, baik sebagai
landasan maupun sebagai tujuan negara, adalah diabdikan oleh bangsa Indonesia
kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut keyakinan masing-masing agama. Dengan kata lain, semuanya bermuara pada
kepasrahan kepada Tuhan YME dengan mengharapkan ridah-Nya terhadap bangsa
Indonesia. Dengan demikian, jadilah
Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai sila kelima, yang menjadi sumber sekaligus
tujuan akhir dari segalanya.
Pancasila milik Kita, sumber : kompasiana.com |
Kemudian berkembanglah
pancasila seperti yang kita ketahui hingga kini, yaitu
1.
Ketuhanan Yang Maha Esa;
2.
Kemanusiaan yang adil dan beradab;
3.
Persatuan Indonesia;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan
5.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Pancasila adalah pedoman Bangsa Republik Indonesia. Suatu pegangan Bangsa Indonesia yang menganut berbagai kontribusi ataupun kekuatan untuk menciptakan kehidupan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Pancasila telah ditetapkan sebagai dasar negara dan telah diterima oleh seluruh warga negara Indonesia seperti yang tercantum pada pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 yaitu merupakan kepribadian negara dan cara pandang hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuannya, sehingga tak ada satu kekuatan apapun dan manana pun juga yang mampu memisahkan Pancasila dan Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat Pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam Memorandum DPR-GR 9 Juni 1966 yang menandaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia. Memorandum DPR-GR itu disahkan pula oleh MPRS dengan Ketetapan No.XX/MPRS/1966.
Kalau kita ke Papua, meskipun ke pelosok pedalamannya ketika kita berada di sana dan di antara mereka maka jangan pernah bertanya kenapa mereka jarang sekali atau bahkan hampir tidak pernah berbahasa daerah. Ketika ada tiga orang sedang bercakap cakap, dan dua orang yang satu suku dan daerah kemudian bercakap cakap menggunakan bahasa daerah mereka sendiri dan tanpa memedulikan orang yang satunya maka sungguh tak ada lagi tolerasnsi di sana. Belajar dari orang Papua, mereka jarang berbahasa daerah bila ada teman,sahabat atau lainnya yang berbeda suku berada di antara mereka. Alasan nya sangat sederhana "menghormati" budaya dan adat isitiadat orang lain.
Pancasila dalam praksisnya dekat dengan keseharian kita, sikap tolerasni, sikap menghormati hak orang lain. Bagaimana orang tua tidak memaksakan kehendak meski berkuasa penuh terhadap anaknya yang masih kecil. Semangat demokrasi bisa dimulai di area meja makan, menanyakan pilihan menu yang akan disantap oleh anak - anak. Mencintai Indonesia bisa dimulai dari dalam kamar mandi, bagaimana produk produk dalam negeri menghiasi tempat kita bebersih ini, Sabun, sampo, pelembab, pembersih wajah dan lain sebagainya, apakah yang kita gunakan sudah produk dalam negeri?
KONDISI SAAT INI
Ketika ucapan masih belum keluar dari mulut kita, maka ucapan itu adalah tawanan kita, akan tetapi bila ucapan itu sudah keluar dari mulut kita maka kita lah yang menjadi tawanannya. Oleh karena itu, rasa kasih sayang, rasa gotong royong sudah hampir punah di negeri ini. Tak ada tabayun, tak ada klarifikasi semua orang boleh menyebar berita tanpa peduli apakah itu benar ataupun tidak.
Kini,ketika UU ITE No 11 Tahun 2008 diberlakukan tegas, banyak orang tidak siap. Banyak orang malah "mengumpat" mengapa kebebasannya dibatasi? Akhirnya yang disalahkan adalah penghasil produk undang-undang dalam hal ini DPR dan MPR , lebih parah lagi menyalahkan pemerintah yang mencoba menjalankan amanat undang - undang ini. Lalu kemanakah sikap bangsa ini yang santun, tepa selira dan saling hormat menghormati ini? Apakah masih ada atau tidak, jawabannya kembali kepada diri kita sendiri.Sudah menjadi pedoman atau hanya slogan saja Pancasila dalam pelaksanaan kehidupan ini?
Banyak sekali pertanyaan yang musti di jawab, sebagaimana para perumus Pancasila di era lalu. Pertanyaan yang konstruktif dan membangun dengan tujuan hanya satu, bagaimana Indonesia kokoh dan kuat dengan dasar yang disepakati seluruh elemen negeri.
PANCASILA SUDAH FINAL !
"Saya pancasila" Ungkap Zulkifli Syukur, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dalam Dialog bareng Netizen (5/06/2017) di ruang Nusantara 5 . Menurut saya Zulkifli sudah membca bahwa di masyarakat semakin kompleks saja mengenai pertentangan akan Pancasilia. Pekan Pancasila pun terus digalakkan dalam rangka memperingati hari lahir Pancasila yang ke-72. Bukan sekadar seremonial saja, namun ajakan untuk menjalankan Pancasila datang langsung dari Sekretatris Jendral MPR Bapak Ma'ruf Cahyono.
Pancasila sudah final sejak bangsa ini berdiri. Kita lah bangsa yang terkadang melupakan sejarah. Negeri ini terbentuk bukan hanya dari satu agama saja, namun dari berbagai agama dan golongan . Bahkan Vatikan di Roma Italia, mengakui bahwa Pancasila adalah rumusan terbaik tentang kehidupan bermasyarakat dan Indonesia selalu disebut- sebut sebagai negeri terbaik bernama kerukunan.
Saya Indonesia, Saya Pancasila
Pancasila, Masa Lalu Sekarang dan Semoga Abadi di Masa Mendatang
Reviewed by Papi
on
June 12, 2017
Rating:
No comments: