Teman satu kantorku ijin
untuk tidak masuk kerja, karena akan mencoba vaksinasi Covid-19 tahap pertama. Sementara itu teman sekantor hampir seluruhnya sudah booster (tahap tiga) artinya ini sudah ketiga kalinya saya divaksin Covid-19. Kok
teman saya ini baru tahap pertama?
Dengan mata berkaca – kaca sahabat saya yang adalah seorang disabilitas dan dilahirkan dalam kondisi normal. Saat kecil dia mengalami panas paska imunisasi polio dan kemudian kakinya mengecil sehingga tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya. Saya melihat ada raut kesedihan di wajahnya saat menceritakan kisah tersebut. Terutama orang tua dan kakak kandungnya yang menyaksikan kejadian tersebut. Begitulah imunisasi/ vaksin menjadi trauma sendiri bagi sahabat saya ini meski tidak 100 persen menjadi sebuah kebenaran. Kini dia percaya vaksinasi Covid-19 yang diterimanya tidak memberikan efek seperti kekhawatiran dirinya dan keluarganya.
Di masyarakat umum bahkan di dunia, masalah imunisasi menjadi terkendala sendiri sehingga membutuhkan peran serta dari seluruh stake holder, share holder lainnya. Padahal imunisasi dalam perkembangan sejarahnya bagi keluarga dapat menyelamatkan jiwa apalagi di masa pandemi seperti sekarang. Imunisasi lengkap bagi anak amat sangat dibutuhkan guna menunjang kesehatan anak, keluarga dan sekitatnya kini, nanti dan di masa depan.
Sehat Kini dan Nanti, Bersama Kita Imunisasi
Imunisasi adalah Investasi yang menyelamatkan jutaan jiwa anak - anak di dunia |
Imunisasi Bisa
Menyelamatkan Nyawa Sang Buah Hati Anda!
Pekan Imunisasi Dunia
2022
Setiap anak yang dilahirkan di muka bumi ini adalah titipan dari Yang Maha Kuasa. Dengan kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki adalah kehendak dan jalan yang harus ditempuh oleh para orang tua dalam mengasuh dan membesarkannya. Tentunya dengan penuh cinta yang tulus seperti orang tua menyayangi kita saat masih kecil dahulu.
Mencintai anak bukan berarti memberikan segala – galanya tanpa perhitungan. Memberikan perhatian penuh tapi tidak membiarkan mereka membentuk pola pikirnya sendiri. Apalagi saat pandemi seperti ini. Di mana kuantitas waktu lebih banyak dihabiskan bersama anak dibandingkan waktu lainnya yang habis untuk bekerja dan aktifitas lainnya.
Sebagai seorang ayah yang
waktunya lumayan banyak berinteraksi dengan anak – anak di rumah , tentu ada
harapan besar buah hati saya ini selalu sehat
di manapun dan kapanpun. Apalagi ada kurang lebih 20 jenis penyakit yang
mengintai anak – anak Indonesia semisal Polio, Campak, Difteri, Tetanus
dll. Ini bisa saja mengenai anak saya, dan anak anda semua bila kita sebagai orang tua tidak mau berusaha mencari tahu apa kebutuhan kesehatan anak. Apalagi kalau berkaitan dengan investasi. Semua sudah paham bukan?
Sejak buah hati masih dalam
kandungan saya mencoba mencari informasi yang terbaik untuk menjadikan mereka sehat dan
kuat. Sejak bayi , kedua anak saya ini sudah divonis menderita pnemounia bronchitis (PB) dan si bungsu PB akut. Dengan artian
sesuatu akan terjadi kapan saja ketika mereka dalam kondisi kesehatan yang
tidak baik. Salah satu solusinya adalah membawa mereka ke rumah sakit sesegera
mungkin. Konon sehat itu mahal dan sangat berharga benar adanya. Saya rela
menukar segalanya saat mendapati mereka sakit dan harus dirawat saat
itu.
Sebagai seorang ayah,
tentu saya sering mendengar ada pernyataan dari masyarakat , senior- junior di
sekolah, kampus bahkan teman kantor yang menganut anti imunisasi dengan berbagai
alasan. Saya tak menyalahkan mereka juga tak membenarkan mereka karena
ketidakmampuan dan pemahaman yang baik mengenai pentingnya anak untuk
mendapatkan imunisasi. Apalagi saat pandemi seperti ini.
Keputusan untuk
tidak memberikan imunisasi adalah hak mereka, kewajiban saya hanya menyampaikan
bahwa anak juga butuh hidup secara sehat , memiliki hak akses kesehatan dan bukan kewajiban orang tua untuk
mempertahankan egonya hanya untuk mendapatkan simpati atau persetujuan atas
tindakannya untuk tidak memberikan imunisasi / vaksinasi terhadap buah hati
mereka.
Dasar Hukum Pemberian Imunisasi pada Anak itu diatur oleh Undang - Undang Dasar 1945 dan turunannya |
Saya
tidak akan mencari tahu kenapa teman teman saya tidak mau memberikan imunisasi
pada anaknya (anti imunisasi) , tapi saya akan mencari tahu bagaimana dunia
tanpa imunisasi, khususnya di masa pandemi ini.
Beruntung salah satu teman blogger saya memberitahukan bahwa di Bulan April pekan keempat ini biasanya akan dilaksanakan Pekan Imunisiasi Dunia. Indonesia tentu saja mengalami pasang surut dari sisi kuantitas penerima imunisasi. Apalagi ada kecendrungan masih ada orang yang meragukan imunisasi / vaksinasi . Pada Tahun 2019 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan memasukan masalah / kecendrungan ini kepada 10 (sepuluh) ancaman masalah kesehatan dunia.
Dalam jumpa pers pada perayaaan Pekan Imunisasi 2022, “Saat Pandemi Covid -19 Cakupan imunisasi rutin di Indonesia menurun selama 2 tahun belakangan ini ” kata Maxi, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Kementerian Kesehatan RI
Menurut Maxi, Indonesia sendiri selama ini memang dikenal sebagai negara yang imunisasi dasar lengkap dan imunisasi rutin masih relatif rendah. Padahal, imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan .(sumber Kompas.com)
Sejarah Imunisasi di Dunia
Dalam pelajaran sejarah baik formal maupun non formal akan kita dapatkan kenyataan bahwa pada jaman dahulu, di mana ilmu pengetahuan terkait kesehatan masih minim banyak terjadi kematian di dunia. Ini diakrenakan belum ada obat yang bisa ditemukan ketika suatu penyakit atau wabah melanda di suatu daerah / negara. Wabah yang menimpa suatu daerah/negara tidak banyak diantisipasi dengan nyata, sebagai contoh wabah kolera.
Delapan abad setelah China menemukan bentuk pertama vaksinasi pada abad ke-10 segala penyakit semisal cacar telah bisa disembuhkan. Cacar yang dahulu sangat mematikan karena dapat merenggut jiwa seseorang kini dianggap penyakit biasa dan bisa disembuhkan. Adalah dokter Edward Jenner dari Inggris yang menemukan Vaksin (Vacca ;bahasa latin yang berarti sapi) melalui percobaan penyuntikan vaksin sejak Tahun 1796 hingga 1798.
Data dan fakta bahwa beberapa dekade lalu, polio adalah penyakit yang sangat dihindari oleh semua anak di dunia, kini penyakit ini hampir jarang ditemukan di pelosok di mana pun di dunia. Sebuah keberhasilan nyata dari imunisasi.
Sejarah
Imunisasi di Indonesia
Ketika Indonesia masih dalam jajahan Belanda melalui VOC (Verenigde Ooost - Indische Compagnie) negara kita ini mengalami wabah cacar yang sangat parah. Pada masa itu upaya pemberian obat (metode kuratif) pada awalnya belum bisa berhasil hingga kemudian masyarakat dari Pulau Jawa hingga Pulau Madura melalui upaya preventif dengan melibatkan dokter dari Belanda , mantri dan para pelajar stovia ini telah memberikan layanan vaksin dan efeknya dapat mengurangi dampak cacar tersebut untuk tidak tersebar luas ke daerah lainnya.
Tahun 1860 tercatat masyarakat di dua pulau tersebut yang berjumlah 479.769 telah menerima vaksin cacar. Kejadian luar biasa ini kemudian muncul kembali dengan nama wabah Covid-19 lima abad kemudian di Tahun 2019 s.d saat ini.
Dikutip dari laman resmi kemkes.go.id (bukan kemenkes.go.id) pemberian vaksin pertama Pemerintah Indonesia dikenal dengan istilah Imunisasi. Tahun 1956 adalah tahun pertama negara kita melakukan imunisasi cacar .
Ketika wabah ini menyebar, salah satu caranya adalah segera mendapatkan vaksin, kalaupun terkena maka keadaannya tidak akan parah , tidak perlu mengancam jiwa penderitanya. Semakin banyak yang divaksin maka semakin kuat pola kekuatan menyeluruh dari masyarakat . Inilah yang kemudian kita kenal dengan nama tenar Herd Immunity hingga sekarang.
Imunisasi dan ManfaatnyaKebijakan
Pemerintah
Ayah Bunda tinggal mengikuti saja arahan dari Pemerintah ketika melakukan Imunisasi Lengkap pada Buah Hati nya. |
Beruntung saat ini sudah ada petunjuk teknis bagaimana imunisasi di saat pandemi yang berdampak luas pada kemauan dan kesadaran kembali para orang tua untuk kembali ke pelayanan kesehatan, puskesmas, klinik bahkan rumah sakit untuk agar anaknya mendapatkan vaksinasi lengkap dan atau lanjutan.
Di
masa pandemi ini, ada pelajaran berharga, bahwa masyarakat masih banyak
yang mau mengikuti saran pemerintah
untuk vaksin. Oleh karenanya kemauan masyarakat untuk saling mengedukasi bahwa
imunisasi / vaksin itu penting dalam mencegah suatu penyakit amat sangat
diharapkan. Salah satunya adalah harapan
agar Kementrian kesehatan Republik Indonesia
bisa berperan banyak.
Saya menyadari bahwa imunisasi sangat penting, namun edukasi terhadap orang tua bisa dikatakan belum banyak didapatkan. Masyarakat kebanyakan hanya ikut – ikutan saha . Apabila ada jadwal imunisasi mereka akan datang ke pos yandu atau tempat yang ditunjuk.
Sehatkan Keluarga Lewati Pandemi Dengan Imunisasi Lengkap!
No comments: